Diposting oleh
Jumat, 18 Oktober 2013
Blangkon adalah penutup kepala
yang terbuat dari batik dan biasa
dipakai oleh kaum pria sebagai
bagian dari pakaian tradisional
Jawa. Setiap daerah di Jawa
mempunyai model blangkon yang
berbeda. Blangkon Jogja dan Solo
contohnya, mempunyai perbedaan
pada bagian belakangnya.
Perbedaan:
Pada blangkon Jogja terdapat
tonjolan di bagian belakangnya,
sedangkan blangkon Solo
mempunyai bentuk rata. Perbedaan
tersebut mengacu pada kebiasaan
pria Jawa zaman dulu di mana pria
Jogja dulu kebanyakan berambut
panjang dan mengikatnya ke atas,
kemudian ikatan rambut tersebut
digelung dibungkus, dan diikat.
Jadilah bentuk blangkon Jogja.
Sedangkan blangkon Solo
mempunyai bentuk rata di bagian
belakangnya. Hal ini karena pada
waktu itu orang-orang Jawa (Solo)
telah mengenal kebiasaan
memotong rambut berkat pengaruh
Belanda. Karena pengaruh Belanda
tersebutlah dikenal pula sejenis jas
yang disebut beskap yang berasal
dari kata ‘beschaafd’ yang berarti
berkebudayaan.
Filosofi blangkon Solo:
Blangkon Solo yang tidak ada
tonjolannya, dibentuk hanya
dengan mengikatkan dua pucuk
helai di kanan dan kiri. Hal ini
memiliki filosofi bahwa untuk
menyatukan satu tujuan dalam
pemikiran yang lurus, adalah
dengan dua kalimat syahadat
(nilai-nilai religiusitas) yang harus
melekat dalam pikiran orang Jawa.
Makna filosofi blangkon yang
kedua adalah blangkon merupakan
simbol pertemuan jagad alit
(mikrokosmos) dan jagad gede
(makrokosmos). Blangkon
merupakan isyarat jagad gede
karena nilai-nilai transendentalnya.
Sedangkan kepala yang
ditumpanginya merupakan isyarat
jagad alit. Hal ini terkait dengan
tugas manusia sebagai khalifah
(pemimpin) di bumi yang
membutuhkan kekuatan Tuhan.
Karena itu, agar manusia mampu
melaksanakan tugasnya dibutuhkan
kekuatan Tuhan yang disimbolkan
dengan blangkon. Setelah manusia
mendapat kekuatan tersebut,
resmilah ia sebagai khalifah di bumi
yang tugasnya adalah mengurus
dan menjaga alam seisiinya.
0 komentar
Posting Komentar